Cabang-Cabang
Keimanan
1.
Cabang Keimanan Ke-1
Iman
kepada Allah Ta’ala
Iman adalah pecahan dari kata Aman
lawan dari kata ketakutan (al-Khouf). Iman menurut kemutlakannya adalah
percaya. Iman kepada Allah ta’ala berarti “menetapkan dan mengakui akan
keberadaan Allah”. Keimanan bagi Allah berarti menerima-Nya dan taat
kepada-Nya. Iman kepada Nabi saw berarti menetapkannya dan mengakui
kenabiannya. Iman bagi Nabi saw adalah mengikutinya, menyesuaikannya dan
mentaatinya. Iman itu terbagi menjadi dua bagian iman yang samar (Khafi) dan
iman yang tampak (Jali). Iman yang samar seperti yang berkaitan dengan niat,
keinginan yang tidak boleh melakukan sebuah ibadah kecuali dengannya, sedangkan
iman yang tampak adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh anggota tubuh
secara lahir, seperti bacaan, sholat, puasa, zakat, haji, jihad di jalan Allah
dan lain-lainnya. Dalam semua itu ada keimanan dan keislaman dan taat kepada
Allah dan rasul-Nya saw. Iman kepada Allah berarti ibadah kepada-Nya sedang
iman kepada Rasul saw berarti menerimanya bukan menyembahnya, karene ibadah
tiadaklah di tujukan kepada siapapun kecuali hanya bagi Allah.
2. Iman Kepada Rasul-Rasul
Allah Saw
Iman kepada rasul-rasul Allah adalah
membenarkan segala apa yang datang dari mereka bahwa semuanya dari Allah
ta’ala.
3. Iman Kepada Para Malaikat
Malaikat adalah mahkluk Allah yang
diciptakan dari cahaya sebagaimana jin diciptakan dari api dan manusia
diciptakan dari sesuatu yang Allah sifati dalam firman-Nya dengan; tanah, tanah
liat, tanah yang terbakar.
Keimanan terhadap para malaikat ini
sebagaimana ayat dan hadits yang disebutkan sebelumnya.
4. Iman Kepada Al Qur’an Dan
Semua Kitab Suci Yang Diturunkan Sebelumnya
Sesungguhnya Al Qur’an menjadi
Nasikh (penghapus) bagi semua kitab sebelumnya, dan layak bagi setiap jaman dan
tempat sampai hari kiamat.
5. Iman Kepada Qadar Baik Dan
Buruk Bahwa Semuanya Dari Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman, “
katakanlah: semuanya (datang) dari sisi Allah”.
Telah terjadi perdebatan antara Adam
dan Musa, berkata musa, “ wahai Adam engkau adalah bapak kami, namun engkau
menjatuhkan kami dalam kesulitan, engkau mengeluarkan kami dari surga,” Adam
pun menjawab, “ wahai Musa Allah telah memilih engkau dengan firman-Nya, dan
memberikan engkau bagian dari kitab At-Taurat dengan Tangan-Nya, apakah engkau
mempermasalahkanku atas perkara yang telah Allah takdirkan atasku sebelum Dia
menciptakanku selama empat puluh tahun?, Rasulullah brsabda, “maka Adam
memberikan hujjah yang kuat kepada Musa”.
6. Iman Kepada Hari Akhir.
Termasuk beriman dengan hari akhir
adalah beriman kepada hisab, mizan, shirath, al-jannah, an-naar, dan
lain-lainnya sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan riwayat yang shahih
dari Rasulullah saw.
Allah taala berfirman, ‘perangilah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian’. (QS. At Taubah: 29)
Makna beriman dengan hari akhir
adalah membenarkan bahwa sesungguhnya bagi hari-hari di dunia ini ada akhirnya,
dan sesungguhnya hal itu pasti terjadi, alam dunia ini akan berakhir pada suatu
hari, maka harus ada pengakuan akan kefanaannya sebagaimana ada pengakuan akan
permulaannya, karenanya mustahil sesuatu yang lampau itu tidak fana dan tidak berubah.”
7. Iman Kepada Hari
Kebangkitan Setelah Kematian
QS. At-Taghobun: 7
QS. Al-Jatsyiah: 26
8. Iman Akan Digiringnya Semua
Manusia Setelah Dibangkitkan Dari Kubur-Kubur Mereka Ke Suatu Tempat
QS. Al-Muthaffifin: 4-6
9. Iman Bahwa Tempat
Kembalinya Orang-Orang Mukmin Adalah Surga, Dan Tempat Kembalinya Orang-Orang
Kafir Adalah Neraka
QS. Al-Baqarah: 81-82
10. Agar Selalu Mencintai Allah Ta’ala
QS. Al-Baqarah:165
“ tidak perkara yang apabila
terdapat dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; hendaknya
Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari
selain keduanya, Ia mencintai seseorang, yang mana ia tidak mencintainya
kecuali karena Allah, dan ia membenci kembali dalam kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia membenci untuk disiapkan tempat dari
neraka dan dilemparkan ke dalamnya.”
11. Memiliki Rasa Takut Allah Ta’ala
QS. Ali Imron: 175
QS. Al Maidah: 44
QS. Al Baqarah: 40
QS. Al Anbiya’:90
QS. Ar Ra’d: 21
QS Ar-Rahman
QS. Ibrahim: 14
12. Selalu Penuh Harap (Raja’) Pada Allah Ta’ala
Raja’ adalah menggantungkan harapan
pada suatu yang diinginkan tercapainya disertai dengan menempuh sebab-sebab
harapan tersebut. Jika hanya harapan tanpa adanya usaha dengan sebab-sebabnya
maka itu dinamakan tamak yang sangat dicela secara syara’. Al-Hafidz Ibnul
Jauzi mengatakan, “ perumpamaan orang yang mengharapkan rahmat Allah dengan
tetap bermaksiat kepada-Nya ibarat orang yang mengharapkan hasil panen namun
tidak pernah menanam, mengharapkan anak tapi tak mau menikah”
Firman Allah Ta’ala:
QS. Al Isra: 57
QS A’raf: 56
QS Az Zumar: 53
QS An Nisa’: 48 dan 116
13. Selalu Tawakkal Kepada Allah Ta’ala
QS. At Taghabun: 13
QS.Ali Imran: 173
QS. Al Maidah: 23
QS. Ath Thalaq: 3
14. Selalu Mencintai Nabi Saw
Al Qadhi Iyyad berkata, “ ketahuilah
sesungguhnya siapa saja yang mencintai sesuatu maka akan mempengaruhi sikapnya,
kalau tidak, maka belum dikatakan orang benar dalam cintanya, tetapi hanya
ngaku-ngaku. Jujur dalam mencintai Nabi saw merupakan bukti dari tanda-tanda
kejujuran itu. Pertama dari tanda tersebut adalah ia mengikuti beliau dan
mengamalkan segala sunnah-sunnahnya, mengikuti ucapannya dan perbuatannya,
melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannnya. Ia
beradap dengan adab beliau baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan
lapang, yang ia sukai maupun yang ia benci.
QS. Ali Imron: 31
15. Mengagungkan Nabi Muhammad Saw, Memuliakan Dan
Menghormatinya
QS. Al Fath: 9
QS. Al-A’raf:157
QS.An-Nur: 63
QS. Al Hujurat: 1,2,5
Hal ini telah diceritakan kepada
kami oleh Al Baihaqi dan beliau berkata, “inilah kedudukan diatas semua
kedudukan cinta, tidak semua yang mencintai itu mengagungkan seperti cinta
bapak kepada anaknya atau cinta seorang tuan kepada budaknya, hal itu tidak
disertai dengan pengagungan, berbeda dengan sebaliknya.”
16. Berpegang Teguh Terhadap Agamanya Walaupun Ia Rela
Dilempar Ke Dalam Api Ketimbang Ia Menjadi Kafir
Hadist anas ra yang disepakati
keshahihannya, “tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang ia akan
merasakan manisnya iman di antaranya............adalah ia dilemparkan kedalam
api lebih ia sukai ketimbang ia kembali dalam setelah Allah menyelamatkannya
dari kekafiran tersebut.”
17. Mencari Ilmu Pengetahuan
Ilmu yang dimaksud adalah
ma’rifatullah (ilmu untuk mengenal Allah), dan segala sesuatu yang datang dari
sisi-Nya, ilmu tentang kenabian dan apa yang menjadi keistimewaan Nabi Muhammad
saw dari selainnya, ilmu tentang hukum-hukum Allah dan ketetapan-Nya, dan ilmu
untuk mengetahui hal-hal yang bisa melahirkan sebuah produk hukum seperti
pengetahuan tentang Al Qur’an, Al hadits, Qiyas, Syarat-syarat Ijtihad.
QS. Faathir: 28, QS. Ali Imron: 18,
QS.An Nisaa’: 113, QS. Al Mujadalah:11, QS. Az Zumar: 9,
18. Menyebarkan Ilmu Pengetahuan
Allah ta’ala berfirman,
QS. Ali imron: 187, QS.At
taubah:122,
Al baihaqi meriwayatkan dengan
sanadnya dari Ali imam Umar bin Abdul Aziz Al Umawi ra beliau berkata,”
barangsiapa yang berbicara tidak dilandasi ilmu maka akan banyak salahnya,
barangsiapa yangb berbuat tanpa ilmu maka ia akan lebih banyak merusak
ketimbang memperbaiki.”
Dari al harits al muhasibi,
“ilmu mewariskan rasa khasyah (takut
pada Allah), zuhud mewariskan rasa raahah (ketenangan jiwa), dan ma’rifah
mewariskan inabah (kembali kepada Allah).
Dari ibnu saad, “sesungguhnya orang
yang beramal dengan ilmu riwayat akan mewariskan ilmu ri’ayah (memimpin) dan
barangsiapa yang beramal dengan ilmu ri’ayah maka ia termasuk orang yang diberi
petunjuk ke jalan yang hak.”
Dari ma’ruf al kurkhy, “jika Allah
menghendaki kebaikan ada pada diri seseorang, maka Dia akan membukakan baginya
pintu-pintu amal, dan menutup pintu-pintu perdebatan, sedang jika Allah
dibukakakannya pintu-pintu perdebatan.
Dari abu bakar al waraq, “ barang
siapa yang merasa cukup dengan ilmu kalam tanpa bersikap(pelaku bid’ah), dan
orang yang merasa cukup dengan fiqh tanpa bersikap zuhud dan wara’ maka akan
menjadi fasiq, sedang apabila ia terfitnah (tidak memiliki) dengan semuanya
maka harus berlepas diri darinya.
Dari malik bin dinar, beliau berkata,
“ aku membaca di kitab taurat, sesungguhnya orang alim yang tidak beramal
dengan ilmunya, maka akan hilang rasa nasehat dan mau’izdah dalam hatinya,
seperti hilangnya titisan hujan diatas batu yang licin.”
19. Mengagungkan Al Qur’an Yang Mulia Dengan Mempelajari
Dan Mengjarkannya, Menjaga Batasan-Batasan Dan Hukum-Hukumnya, Mengetahui Apa
Yang Dihalalkannya Dan Diharamkannya, Menghormati Orang-Orang Yang Menguasainya Dan Menghafalnya, Serta
Merasakan Maknanya Dengan Menangis Ketika Melewati Ayat-Ayat Yang Mengandung
Ancaman-Ancaman Allah Ta’ala.
QS. Al Hasyr:21, QS. Al waqi’ah:
77-80, QS. Ar ra’d:31
20. Thaharah (Bersuci)
QS.Al maidah: 6,
Dari hadits hasan dari abu kabsyah
as-saluli, dari tsauban ra, “ beristiqomahlah kalian dan jangan
menghitung-hitung, ketahuilah bahwa sebaiknya amal kalian adalah sholat, dan
tidaklah menjaga wudhu’ kecuali seorang mukmin.”
Yakni sholat kalian yang menghadap
ke baitul maqdis, dan tidak boleh sholat kecuali dengan wudhu’, keduanya adalah
separo dari yang lainnya.
21. Menjaga Sholat Lima Waktu
QS.Al baqarah: 143, QS. Al baqarah:
43, QS. An nisaa’:103,
“tidaklah apus bagi ada dari seorang
muslim yang menghadiri sholat fardhu, kemudian memperbaiki wudhu’ nya, menjaga
kekhususannya, ruku’nya, kecuali baginya penghapus bagi dosa-dosanya
sebelumnya, selagi ia tidak melakukan dosa besar yang demikian itu sepanjang
masa.”
Dengan hadits ini al baihaqi
mengatakan, “ tidak ada dalam sebuah ibadah setelah keimanan kepada Allah yang
mengangkat bagi kekufuran yang dinamakan oleh Rosuluallah saw dengan
meninggalkannya menjadikannya kafir, kecuali sholat.
22. Zakat
QS.Al Bayyinah: 5, QS.At taubah:
34-35, QS.Ali imron:180,QS.Ali imron: 180
23. Puasa (Asy
Shiyam)
QS.Al baqarah: 183
Hadits abdullah bin umar ra dalam
ash shohihain, “ islam dibangun diatas lima rukun; syahadat tidak ada tuhan
selain Allah dan utusan-Nya, mendirikan sholat, dan haji ke baitullah.
24. I’tikaf
QS.Al baqarah: 125
Dan hadits yang diriwayatkan dari
nabi saw, “ barangsiapa yang beri’tikaf dalam waktu antara memeras susu, maka
seakan-akan ia membebaskan seorang tawanan atau budak perempuan.’
25. Haji
QS.Ali imron: 97, QS.Al hajj:27,
QS.Al baqarah:196
Hadits ibnu umar ra dalam
shahihaini, “islam dibangun diatas lima rukun; syahadat tidak ada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, mendirikan
sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan haji ke baitullah.”
Hadits umar ra dalam shohih muslim,
ia berkata,” ketika kami sedang duduk disisi rasuluallah tiba-tiba datanglah
seorang lelaki dan berkata, “wahai rasulullah apakah islam itu?” beliau
menjawab, “engkau menyaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah
kecuali Allah dan muhammad itu adalah utusan Allah dan engkau mendirikan
sholat, membayar zakat, haji ke baitullah dan engkau berumrah, mandi dari
jinabat, menyempurnakan wudhu’, puasa pada bulan ramadhan.” Kemudian orang itu
berkata, “jika aku lakukan ini, apakah aku seorang muslim?” rasulullah
menjawab, “benar.” Orang itupun berkata, “ benar engkau.......” hadits.
26. Berjihad
QS.Al hajj: 78, QS.Al maidah: 54,
QS.At taubah: 123, QS.Al Anfal: 65.
Hadits Abdullah bin Abi Aufa ra
dalam shahih bukhori, “janganlah engkau mengharapkan untuk bertemu dengan
musuh, mintalah kepada Allah keselamatan dan jika engkau bertemu dengan mereka
maka bersabarlah, ketahuilah bahwa sesungguhnya surga itu dibawah naungan
pedang.”
27. Memperkuat Ikatan Di Jalan Allah Ta’ala
Yang dimaksud dengan memperkuat
ikatan adalah mengantisipasi dari kemunculan musuh dan menjaga kemuliaan islam
dari masuknya musuh ke negeri-negeri islam.
Allah taala berfirman,
QS.Ali Imron: 200.
Hadits sahal bin saad as saidi ra
dalam shahih bukhori:
“mengokohkan barisan satu hari
dijalan Allah taala itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Tempat cambuk salah
seorang dari kalian dari surga itu lebih baik daripada dunia dan apa-apa yang
diatasnya.”
Memperkokohkan barisan di dalam
medan jihad dan pertempuran itu sama dengan kedudukan i’tikaf didalam mesjid
untuk sholat karena memperkokoh barisan dengan menghadapkan wajahnya kemusuh
seperti berdirinya ia dengan kewibawaan dan persiapan untuk jihad.
28. Tegar Dalam Menghadapi Musuh Dan Larangan Lari
Dari Medan Pertempuran
Allah taala berfirma,
QS.Al Anfal:45, QS.Al Anfal:15-16,
QS.Al Anfal:65,
29. Seperlima Dari Bagian Rampasan Perang Untuk Imam
Dan Sisanya Untuk Yang Lainnya (Orang Yang Ikut Perang Tersebut)
Allah taala berfirman,
QS.Al Anfal:41, QS.Ali Imron:161
30. Memerdekakan Budak Karena Mengharap Pahala Dari
Allah Ta’ala
QS.Al Balad:11-13
31. Kafarat Wajib Untuk Sebab Jinayah (Pembunuh)
Kafarat adalah bagian yang dengannya
terhapuslah kesalahan atau ia menutupi dan menghilangkan kesalahan itu. Kafarat
itu berbeda-beda sesuai dengan perilaku dosa yang dilakukan.
Allah taala berfirman,
QS.Al Furqon: 70
Kafarat dalam Al-Quran dan sunnah
itu ada empat: kafarat pembunuhan, kafarat dzihar, kafarat sumpah, kafarat
berjima’ di (siang) bulan ramadhan. Dan yang mendekati makna kafarat yaitu apa
yang diwajibkan dengan nama fidyah karena kafarat itu dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yakni setelah perkara yang telah
terjadi baik itu dosa maupun tidak.
32. Menepati Janji
Allah ta’ala berfirman:
QS.Al Maidah: 1, QS.Al Insan: 7,
QS.Al Hajj: 29, QS. At Taubah: 75, QS.An Nahl: 91.
33. Mengimani Betapa Banyaknya Nikmat Allah Ta’ala Dan
Kewajiban Mensyukurinya
QS. Al Isro’: 111, QS.An Nahl: 18,
QS. Adh Dhuha:11,QS. Al Baqarah: 152.
Dengan hal ini Al Baihaqi berkata,
“Aku Al Hafidz Abu Al Hasan Al Kindy Al Qadhi, “jika engkau dalam kenikmatan maka
jagalah ia, karena sesungguhnya kemaksyiatan menghilangkan kenikmatan”.
Dengan hal ini juga Al Baihaqi
berkata, “telah menceritakan kepada kami Abul Qasim telah menceritakan Ahmad
bin Salman, saya ibnu abi ad dunya...........
Ia berkata, “telah mensenandungkan
syairnya Al Warraq,
Jika
kesyukuranku atas nikmat Allah adalah nikmat, Atasku dariNya dalam semisalnya
wajib syukur. Maka bagaimanakah syukur itu bisa benar kecuali dengan
keutamaanNya,walau panjangnya hari-hari dan bersambungnya umur. Jika ditimpa
kegembiraan maka syukurnya meluas, dan jika ditimpa kesulitan maka setelah itu
ada pahala. Dan tidaklah ada dari kedua itu kecuali itu kecuali baginya dalam
hal itu anugrah, yang anugrah ini mempersempit setiap angan, daratan dan
lautan.
Telah meriwayatkan selain Baihaqi
sekelompok ulama’ dengan hanya dua bait syair,
Jika
kesyukuranku atas nikmat Allah adalah nikmat, Atasku dariNya dalam semisalnya
wajib syukur, Maka tidak ada alasan bagiku kecuali karena kemalasanku, Alasanku
adalah pengakuanku bahwa tidak ada alasanku.
34. Menjaga Lisan Dari Hal Yang Tidak Berfaedah
Termasuk yang tidak bermanfaat
adalah kedustaan, ghibah, mengadu domba, dan kata-kata kotor, karena Al Quran
dan As sunnah telah mencaci perbuatan ini, Allah Ta’ala berfirman,
QS.Al Ahzab: 35, QS.At Taubah: 119,
QS.Al Isra’:36, QS.Az Zumar: 32, QS. An Nahl:116
Hadits abdullah bin mas’ud ra dalam
“ash-shahihain”:
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan
pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan pada surga, dan seseorang
berusaha untuk jujur sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur,
dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan pada neraka, dan sesungguhnya
seseorang itu berdusta sampai Allah menulis di sisiNya sebagai pendusta.”
Dan hadits sahl bin sa’ad ra dalam
“shahih muslim”,
“Barangsiapa yang bisa menjamin
bagiku apa yang ada diantara dua lisan dan apa yang ada diantara dua pahanya
maka aku jamin baginya surga.”
Kata jamin yang dimaksud adalah
memenuhi janji untuk meninggalkan maksiat, dan melaksanakan segala sesuatu yang
menjadi haknya, berkata al hafidz dalam Al Fath, “melaksanakan hak dari lisan
dengan mengucapkan sesuatu yang menjadi kewajibannya, atau diam dengan sesuatu
yang tidak memberikan faedah kepadanya, dan melaksanakan hak bagi kemaluan
adalah dengan meletakkannya pada tempat yang halal dan menahannya dari sesuatu
yang diharamkan.”
Hadits ini menunjukkan bahwa bala
yang paling besar yang terjadi pada diri seseorang di dunia adalah pada lisan
dan kemaluannya, barang siapa yang bisa menjaganya untuk tidak jatuh dalam
kejelekan maka ia akan terhindar dari keburukan yang besar.
Hadits abu syuraih al khaza’i dalam
shahih muslim,” barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah
ia berkata yang baik atu diam.”
35. Menjaga Amanah Dan Kewajiban Untuk
Menyampaikan Kepada Yang Berhak
Allah
ta’ala berfirma,
QS.
An Nisa’:58, QS. Al Baqarah: 283
Hadits
abu hurairah “tunaikanlah amanah kepada orang yang menjadi kepercayaanmu,
janganlah berkhianat pada orang yang menghianatimu.”
“tiga
perkara yang ada dalam diri seseorang maka ia menjadi seorang munafik walaupun
ia berpuasa dan sholat dan ia menyangka bahwa ia seorang muslim, jika ia
berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari, dan jika ia diberi
amanah ia berkhianat.”
36.
Haram Membunuh Jiwa Dan Hukum Jinayah Terhadap Pelakunya
Allah
ta’ala berfirman,
QS.
An Nisa”: 93, QS.An Nisa’; 29-32
Hadits
abdullah bin mas’ud ra dalam “ash shahihain”, “membunuh orang muslim adalah
kekafiran dan mencacinya adalah kefasiqan.”
Mencaci
disini adalah penghinaan dan pembicaraan tentang harga diri seorang muslim dengan mengungkapkan aibnya. Fusuq adalah
perbuatan yang tercela dan keluar dari kebenaran, serta meninggalkan perintah
Allah ta’ala. Sedang yang dimaksud kekafiran dalam hadits ini adalah kekafiran
terhadap nikmat Allah ta’ala tidak kafir yang mengeluarkan seseorang agamanya,
karena ijma dari ahlussunnah telah tercapai bahwa seorang muslim tidak
dikafirkan dalam arti keluar dari agamanya dengan sebab membunuh dan tidak
karena maksiat yang lainnya selain syirik dan menghalalkan sesuatu yang
diharamkan secara tegas dalam agama, dan bahasa kafir dalam kasus ini adalah
ungkapan ancaman yang keras.
Hadits
ibnu mas’ud dalam “shahih bukhori,”
“Perkara
yang pertama kali dilaksanakan pada hari kiamat adalah perkara tentang darah
(pertumpahan darah).”
Hadits
ini tidak bertentangan dengan hadits abu hurairah ra secara marfu’ “
sesungguhnya awal yang dihisap pada seorang hamba pada hari kiamat adalah
shalatnya,” karena kata-kata “pertama” dipahami dalam hal yang berhubungan
dengan muamalah diantara makhluk sedangkan hadits yang kedua dipahami dalam hal
yang berkaitan dengan ibadah seorang hamba kepada khalik. Hadits ini memberikan
pelajaran pentingnya perkara darah karena permusuhan terjadi karena adanya
prasangka dan dosa menjadi besar berdasarkan besarnya kerusakan dan hilangnya
kemaslahatan, merobohkan bangunan kemanusiaan merupakan kerusakan yang paling
besar.
Hadits
ibnu umar ra dalam shahihaini,
“
tidaklah henti seorang muslim beristirahat di masalah agamanya selagi ia belum
menumpahkan darah (membunuh) yang diharamkan.”
37.
Menjaga Kehormatan Dan Kesucian Diri
Allah
ta’ala berfirman,
QS.
An Nuur:30, QS.An Nuur:31, QS. Al Mu’minun: 5, Al Ma’arij:29, QS. Al Isro’: 32
Hadits
abu hurairah ra dalam shahihaini;
“Tidaklah
berzina seorang pezina ketika ia beriman, tidaklah mencuri seorang pencuri
ketika ia mencari dalam keadaan beriman dan tidaklah meminum khamr peminum
khamr sedang ia dalam keadaan beriman dan tidaklah seseorang merampas
kehormatan seorang perempuan yang mulia yang terangkatlah pandangan seorang
mukmin kepadanya, ketika merampas ia dalam keadaan beriman.”
38.
Beriman Mengambil Harta Orang Lain
Termasuk
didalamnya adalah pengharaman mencuri, merampok, memakan suap, memakan sesuatu
yang tidak hak secara syar’i.
Allah
ta’ala berfirman,
QS.
Al Baqarah: 188, QS. An Nisa’:160-161, QS. Al Muthoffifin:1, QS. Al Isro’:35
Hadits
abdurrahman bin abu bakrah dalam shahihaini, dari bapaknya ra, ia berkata, “
rasulullah berkhutbah kepada kami di
mina dan beliau berkata,
“
Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan harga diri kalian diharamkan atas
kalian....”
39.
Kewajiban Berhati-Hati Dalam Hal Makanan Dan Minuman Serta Menghindari Apa Saja
Yang Tidak Halal Baginya
Allah
ta’ala berfirman,
QS.
Al Maidah: 3, QS . Al An’am: 145, QS.Al Maidah: 90-92, QS.Al Baqarah: 219, QS.
Al A’raf:33.
Dikatakan
yang dimaksud itsmu adalah nama dari salah satu nama khamr sebagaimana ungkapan
syair:
“Aku
meminum khamr (arak) sampai tersesatlah akalku, demikianlah khamr menghilangkan
setiap akal.”
Hadits
aisyah ra dalam shahihaini, rasulullah saw ditanya tentang anggur yang
didiamkan lama, beliau menjawab,
“Setiap
minuman yang memabukkan maka haram.”
Hadits
ibnu umar ra dalam shahih muslim, “Setiap yang memabukkan adalah khamr dan
setiap khamr adalah haram.”
Hadits
ibnu umar ra dalam shohihaini,
“Barangsiapa
meminum khamr didunia kemudian ia tidak bertaubat darinya maka khamr akan
menjadi haram baginya di akhirat.”
Hadits
abu hurairah ra dalam shohihaini,
“Didatangkan
kepada rasulullah saw pada malam isro’ di baitul maqdis dengan dua cangkir yang
bersis khamr dan susu kemudian rasulullah saw melihat kepada keduanya dan
mengambil susu kemudian jibril as berkata kepadanya, “ segala puji bagi Allah
yang menunjukkan engkau kepada fitrah, jikalau engkau mengambil khamr maka
umatmu akan tersia-sia.”
Hadits
abu hurairah ra dalam shohihaini,
“Tidaklah
meminum khamr seorang peminum ketika ia meminumnya ia dalam keadaan
beriman....”
Dengan
hal ini al baihaqi menyampaikan sanadnya sampai al hasan ia berkata,
“Telah
datang seorang laki-laki dengan anggur yang paling dicintainya dari
makhluk-makhluk Allah sampai anggur itu kemudian menghancurkan akalnya.”
Dikatakan
pada sebagian orang arab, kenapa anda tidak meminum anggur? Maka ia berkata,
“
Alangkah ridhonya aku jika akalku sehat, bagaimana mungkin aku memasukkan
sesuatu padanya yang dapat merusaknya.”
Dari
al hakam bin hisyam sesungguhnya ia berkata kepada anaknya,
“Wahai
anakku hendaklah engkau menjauhi anggur, karena sesungguhnya ia adalah muntahan
mulutmu, kotoran duburnya, memotong punggungmu, menjadi bahan tertawaan anak
kecil, dan menjadi tawanan bagi agama.”
Dari
sebagian ahli hikmah sesungguhnya ia berkata kepada anaknya,
“Wahai
anakku apa yang mengajakmu untuk meminum khamr? Ia menjawab, “ khamar menjadi
pencerna makananku,” bapaknya menjawab, “ demi Allah wahaianakku sesungguhnya
ia menyerang agamamu.”
Dari
abdullah bin idris,
“
Setiap minuman yang memabukkan banyaknya, dari perahan kurma atau anggur. Maka
sesungguhnya diharamkan sedikitnya, dan sesungguhnya aku memperingatkan kalian
dari bahayanya.”
Dari
abu bakar bin abi dunya, sesungguhnya bapaknya membacakan kepadanya sebuah
syair,
“
Ketika anggur diatas anggur yang kau minum, akan mempeloroti agamamu
disertai dari hadits dengan hilangnya
dirhammu.”
“
Aku melihat setiap kaum memelihara istri mereka, maka tidaklah ada bagi peminum
seorang istri.” Jika engkau mendatangi mereka maka mereka akan menghormatimu
dengan seribu penghormatan dan sambutan, jika engkau menghilang dari mereka
sesaat maka akan dicela. Saudara mereka jika telah beredar gelas diantara
mereka, setiap mereka telah usang hubungannya terburai. Maka ini adalah
pujianku yang tidak aku ucapkan dengan kebodohan, tapi justru dengan orang yang
fasiq sangat diketahui.”
Dan
di dalam “shahih muslim” dan lainnya dari hadits abu hurairah ra,
“Wahai
manusia ssungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik, dan
sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin dengan apa yang
diperintahkan kepada rasul-rasulnya,”
QS.Al
Mukminun: 51, QS.Al Baqarah: 172
Kemudian
beliau menuturkan seorang yang sedang dalam perjalanan yang panjang,
acak-acakkan rambutnya, mengangkat tangannya keatas langit sambil berucap, Ya
Raab! Ya Rabb! Sedang makanannya haram, dan diberi makan dengan sesuatu yang
haram, maka bagaimana akan dikabulkan doanya?”
Dalam
shahihain dari hadits an nu’man bin basyir ra,
“Sesungguhnya
perkara halal itu jelas, diantara keduanya adalah perkara mutasyabihat yang
tidak banyak diketahui oleh manusia, barangsiapa yang menghindari perkara
syubuhat maka ia akan membebaskan harga dirinya dan agamanya, barangsiapa yang
jatuh pada perkara syubuhat maka berarti ia telah jtuh pada keharaman, seperti
pengembala yang mengembala di sekitar pagar yang hampir saja ia memasukinya,
ketahuilah bagi setiap pemilik ada pembatasnya, dan batasan Allah di bumi
adalah apa yang diharamkan.”
Dalam
shohihaini, dari hadits abu hurairah ra,
“Sesungguhnya
aku pulang ke keluargaku, kemudian aku menemukan sebutir kurma jatuh di tempat
tidurku atau rumahku maka aku angkatlah kurma itu untuk aku makan kemudian aku
khawatir kurma ini dari sedekah maka aku muntahkan kurma tersebut.”
Dalam
shahih bukhori, dari ‘aisyah ra, ia berkata,
“Abu
bakar mempunyai seorang pembantu yang biasa mengeluarkan baginya satu tempat
makanan dan biasa abu bakar memakan dari tempat tersebut kemudian pada suatu
hari pembantu tersebut membawa sesuatu dan abu bakar memakannya kemudian
pembantu tersebut berkata kepadanya, “apakah kamutahu apa ini?” maka abu bakar
bertanya, “apa ini?” pembantu tersebut menjawab, “dulu aku manjadi dukun di
masa jahiliyah dan aku mahir dalam perdukunan tersebut kecuali sesungghnya aku
telah menipu seseorang kemudian ia bertemu denganku dan memberikan aku dengan
ini yaitu yang telah kamu makan tadi.” Kemudian aisyah berkata, “maka abu bakar
memasukkan tangannya kedalam mulutnya sehingga ia memuntahkan semua yang ada
diperutnya.”
Dari
zaid bin aslam, “sesungguhnya umar bin khattab ra meminum susu yang menarik
perhatiannya kemudian umar berkata kepada orang yang menuangkan susu tersebut,
“Darimana
engkau mendapatkan susu itu?” maka orang itu menceritakan kepadanya bahwa
sesungguhnya ia sampai di sebuah mata air yang telah dinamai, ternyata disana
terdapat unta-unta sedekah dan mereka memberinya minum kemudian mereka memeras
susunya dan memberukannya kepadaku kemudian aku menjadikan ini minummanku dan
yang engkau minum tadi kemudian umar memasukkan tangannya kemulutnya dan
memuntahkan susu tersebut.”
Dari
ali ra tentang baiknya makanannya, pernah suatu ketika ia didatangkan dengan
roti yang terdapat dalam kantong dari madinah.
Telah
menceritakan kepada kami Baihaqi dengan sanadnya dari bisyr bin al harits, ia
berkata,
“Telah
berkata yusuf bin asbath, “jika seorang pemuda beribadah maka iblis akan
berkata, “lihatlah darimana makannya dan jika makannya dari hal-hal yang jelek
maka iblis akan berkata, “tinggalkanlah ia jngan engkau ganggu, tinggalkanlah
ia bersungguh-sungguh dalam ibadahnya karena sesungguhnya ia telah mencukupkan
kalian dengan nafsunya.”
Dari
hudzaifah al mar’asyi,
“Sesungguhnya
ia melihat manusia bersegera menuju shaf awal kemudian ia berkata, “seyogyanya
mereka juga bersegera untuk memakan roti yang halal.”
Dari
fudhail bin iyadh,
“Sufyan
ats tsauri pernah ditanya tentang keutamaan shaf awal maka beliau menjawab,
“lihatlah pecahan makanan yang ia makan, darimana ia dapatkan baru kemudian
shalat dishaf akhir.”
Dan
darinya juga, “Lihatlah dirham kamu darimana ia dan shalatlah dishaf akhir.”
Dari
sary as saqathi,
“Sesungguhnya
beliau tidak pernah makan dari kacang hitam dan tidak dari buahnya juga dan
tidak juga dari sesuatu yang ia tidak ketahui asalnya.”
Dan
beliau sangat menekankan hal tersebut dan orang yang sangat wara’ sekali,
walaupundemikian beliau berkata,
“Aku
pernah berada di tarasus dan bersamaku didalam rumah ada beberapa pemuda yang
sedang beribadah dan dirumah itu ada kompor orang-orang yang membuat roti maka
pecahlah kompor itu maka aku menggantinya dari hartaku dan mereka bersikap
wara’membuat roti dengan kompor tersebut.”
“Adalah
abu yusuf al ghasuli, beliau selalu tetap di pengintaian musuh dan sering
berperang, jika beliau berjihad bersama orang-orang dan memasuki kota rum,
sahabat-sahabatnya selalu memakan sembelihan dan buah-buahan mereka sedangkan
ia tidak memakannya, maka dikatakan kepada beliau, “wahai abu yusuf, apakah
engkau ragu akan kehalalannya?” ia menjawab, “tidak.” Maka dikatakanlah
kepadanya, “makanlah dari yang halal”. Kemudian ia berkata, “sesungguhnya zuhud
adalah menahan dari yang halal.”
Dari
sary juga, ia berkata,
“Aku
pulang dari beberapa peperangan maka aku melihat dijalanku ada air yang
menyegarkan dan sekitarnya ada tetumbuhan dari rumput-rumput yang telah tumbuh
maka aku berkata kepada jiwaku, “ya sary, jika ada erngkau pada hari-harimu
memakan makanan yang halal dan meminum-minuman yang halal maka pad hari ini?’
kemudian aku turun dari kendaraanku maka aku makan dari rumput-rumput ini maka
aku minum dari air ini kemudian aku mendenganr suara yang aku tidak melihat
orang yang mengucapkannya, berkata, “ya sary bin mughallis, nafkah yang engkau
dapatkan sehingga engkau mencapai tempat ini darimana?” maka hal ini membuat
hatiku sangant bergetar.
Diriwayatkan
dari sebagian mereka, sesungguhnya mereka selalu mencari yang halal maka ingin
ditunjukkan kepada yang halal tersebut maka ditunjukkan kepada Hasan al basri
di Basrah, maka orang itu berangkatlah ke basrah menujunya dari negeri yang
sangat jauh. Al hasan al basri berkata kepadanya,”Sesungguhnya aku ini seseorang
yang memberi nasehat, aku makan dari hadiah manusia dan jamuan sebagai tamu
mereka, akan tetapi aku tunjukkan kepada engkau seseorang dari negeri sijistan,
engkau akan melihatnya di pertaniannya, ia mempunyai seekor sapi, dan ia
membuat salah satu jalan sapinya dari jerami dan gandum sedangkan jalan lainnya
berair, dan jika sapi itu sampai pada jalan yang berjerami dan gandum maka ia
akan menawarkan jerami dan gandum pada sapinya dan jika ia sampai kejalan yang
berair maka ia juga menawarkannya. Maka pergilah engkau menuju orang tersebut.
Maka ia menemukan orang tersebut sebagaimana yang diceritakan kemudian ia
memberi salam kepadanya dan menceritakan kepadanya, akhirnya petani itu
menangis dan berkata, “ Telah jujur kepada engkau imam abu said (al hasan al
basri). Akan tetapi hilang dari semua cerita itu dariku karena suatu hari
sapiku melewati tanah tetanggaku sedangkan aku sibuk dengan sholatku dan aku
melihat kembali ke tanahku seakan kaki-kakinya telah terbalut dengan tanah
tetanggaku dan bercampur dengan tanahku maka jadilah hal ini syubhat maka
kembalilah engkau kepadanya agar ia (al hasan al basri) menunjukkan seseorang
selainku.”kemudian ia menangis.
Dari
abu abdillah ibnul jalla, ia berkata,
“Aku
mengenal seseorang yang tinggal di mekkah selama tiga puluh tahun ia tidak
minum air zam-zam kecuali yang diberikan kepadanya di ceretnya dan talinya, dan
ia tidak mengambil makanan jalab dari mesir sedikitpun.”
Dari
bisyr bin al harits al hafi bin abdurrahman, ia berkata,
“Saya
mendengar al muafy bin imron berkata, “adalah mereka selalu sangat
memperhatikan masalah kehalalan, tidaklah masuk ke dalam perut mereka kecuali
apa yang mereka ketahui kehalalannya mereka mencukupkan memakan tanah, kemudian
bisyr menyebutkan kesepuluh orang tersebut; Ibrahim bin Adham, Sulaiman bin Al
Khawwash, Ali bin Fudhail bin Iyadh, Abu Muawiyah Al Aswad, Yusuf bin Asbath,
Wuhaib bin Al Ward, Hudzaifah syaikh penduduk harran, Dawud Ath Tha’i, dan
Bisyr menghitungnya sepuluh.”
Dari
yahya bin maiin, al muhaddits,
“Pada
suatu hari harta akan hilang yang halal maupun yang haram, yang tertinggal di
kemudian hari hanyalah dosa-dosanya bukanlah ketaqwaan itu taqwa kepada
Tuhannya, sampai ia bisa memperbaiki minuman dan makanannya., memperbaiki apa
yang ia usahakan dan menahan diri (dari yang haram), dan jadilah di setiap
ucapan terbaiknya hadits-hadits yang diucapkan oleh nabi kita dari Tuhannya,
maka atas nabilah shalawat dan salamnya.”
Sufyan at tsauri pernah ditanya tentang wara’ maka beliau
mendendangkan sebuah syair,
“ Sesungguhnya aku menemukan sesuatu yang tidak disangka
orang lain, inilah sift wara’ ketika dirham ada di sisi. Yang engkau mampu
meraihnya kemudian kamu tinggalkan, ketahuilah di sanalah letak ketaqwaan
aeorang muslim.”
Dan Muhammad bin Abdul Karim Al Marwazi ketika ia melantik
Yahya bin Aktsam menjadi qodi, ia dikirimi surat oleh saudaranya Abdullah bin
Aktsam dari Marw, beliau adalah seorang
yang zuhud ia menulis,
“Sesuap dari tumbukan garam yang dimakan, itu lebih lezat
dari kurma yang dicampur dengan buah zanbur. Makanan yang mendekatkan seseorang
kepada kehancuran, itu seperti buah jerat yang akan mengikat leher burung
pipit.
Dari Ibrahim bin Husyaim bahwa ia pernah dimintai nasehat
oleh temannya sebelum melepas kepergiannya, maka ia berka ta,
“Saya berwasiat kepadamu agar menjadikna perbuatanmu baik
dan hendaklah memakan dari yang halal.”
40. Diharamkan Dan Dimakruhkan Dari Jenis Pakaian Dan
Wadah (Bejana)
Hadits Anas bin Malik dalam “ shahihain,”
“ Barangsiapa yang memakai sutera di dunia maka ia tidak
akan memakainya di akherat.”
Hadits Hudzaifah ra,
“Janganlah kalian memakai sutera, dan sutera dari jenis yang
paling baik, jangan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak, dan
jangan makan di piring-piringnya, sesungguhnya itu bagi mereka (orang-orang
kafir) di dunia dan bagi kalian di akhirat.”
Hadits Ibnu Mas’ud ra dalam shahih muslim
“ Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan,
sombong itu adalah menolak kebenaran, dan meremehkan manusia.”
Hadits Abu Burdah ra dalam shahihain ia berkata,
“Aisyah mengeluarkan kepada kami kain selimut yang telah
usang dan sebuah sarung yang kasar, kemudian beliau berkata, dengan kedua
inilah Rasulullah saw diselimuti (pada hari meninggalnya).”
Hadits Abdullah bin Umar juga dalam shahihain “Allah tidak
akan memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong.”
41. Haramnya Permainan Dan Hiburan Yang Menyimpang
Dari Syari’at
Allah Ta’ala berfirman,
QS. Al Jumu’ah:11
Hadits Sulaiman bin Buraidah dalam shahih muslim, dari
bapaknya Buraidah bin Al Hushaib ra,
“Barangsiapa yang bermain permainan dadu maka seakan-akan ia
memasukkan tangannya ke daging babi dan darahnya.”
42. Seimbang Dalam Pemberian Nafkah
Allah Ta’ala berfirman,
QS.Al Isro’:29, QS. Al Furqon: 67
Hadits Mughirah bin Syu’bah ra dalam shahih Muslim,
“Rasulullah melarang tiga perkara yaitu banyak bicara,
berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta dan banyak bertanya.”
43. Meninggalkan Dendam, Hasad Dan Sejenisnya
Allah Ta’ala berfirman,
QS. Al Falaq: 5, QS.An Nisa’:54,
Hadits Anas ra dalam shahih muslim,
“Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling
memutuskan silaturahmi tapi jadilah kalian sebagai hamba Allah yang
bersaudara.”
Hadits Anas bin Malik ra dalam shahih Bukhori,
“Janganlah kalian saling benci, jangan saling hasad, jangan
saling memusuhi, jadilah hamba Allah bersaudara, tidak halal bagi seorang
muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, saling bertemu tetapi
saling memalingkan wajah, sebaik-baiknya mereka berdua adalah yang memulai
mengucapkan salam.”
Dari masalah ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami
sanadnya sampai Al Hasan dalam menjelaskan Firman Allah Ta’ala,
QS. Al Falaq: 5
Beliau mengatakan, “Hasad adalah dosa pertama yang terjadi
dibawah langit.”
Dari Ahnaf bin Qais, “Lima perkara aku ucapkan tidak ada
ketenangan bagi orang yang dengki dan tidak ada harga diri bagi orang yang
mendusta dan tidak ada menepati janji bagi orang yang mengambil bagian orang
lain, tidak ada jalan keluar bagi orang yang bakhil dan tidak menjadi pemimpin
bagi orang yang jelek akhlaknya.”
Dari Al Khalil bin Ahmad, “Saya tidak pernah melihat orang
yang zalim yang menyerupai orang yang terzalimi daripada orang yang hasad yang
mempunyai jiwa yang iri, akal yang licik dan sedih yang terus menerus.”
Dari Bishr bin Al Harits Al Hafi, “Permusuhan dalam kerabat,
kebencian dalam tetangga dan manfaat ada dalam persaudaraan.”
Dari Mubarrid, dia bersyair:
“Pandangan
orang dengki yang buruk kepadamu, membuat masa menjagamu, mengungkapkan
kejelekan-kejelekan sedang kebaikan-kebaikan menyembunyikannya. Ia menemuimu
dengan riang gembira penuh tawa, hati tersembunyi dengan apa yang adadi dalam lubuknya. Sesungguhnya orang yang
dengki tanpa berdosa permusuhannya,tidak bisa menerima alasan di dalam
penuainnya”
44. Haram Melecehkan Dan Merendahkan Harga Diri
Manusia
Allah Ta’ala berfirman,
QS. An Nuur: 19, QS. An Nuur: 23
Hadits Abu Hurairah ra dalam shahih muslim,
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain,
janganlah menyerahkannya (kepada musuh), jangan merendahkannya, jangan
mencacinya, ketaqwaan itu ada disini beliau mengarahkan telunjuknya kedadanya
sampai tiga kali cukuplah bagi seorang kejelekan, orang yang mencaci saudaranya
sesama muslim, setiap muslim dengan muslim yang lain, haram hartanya, darahnya
dan harga dirinya.”
Hadits Abu Dzar ra dalam shahih,
“Janganlah seseorang menuduh saudaranya dengan kefasihan dan
jangan pula menuduhnya dengan kekafiran kecuali itu akan berbalik kepadanya
jika saudaranya tidak seperti yang ia tuduhkan.”
45. Beramal Dengan Ikhlas Semata Hanya Untuk Allah
Ta’ala
Allah ta’ala berfirman,
QS. Al Bayyinah:5, QS.Asy Syura: 20, QS. Huud: 15-16, QS.Al
Kahfi: 110
Hadits Abu Hurairah ra dalam shahih muslim, Allah ta’ala
berfirman,
‘Aku tidak membutuhkan sekutu dan kesyirikan, barang siapa
yang beramal untukku kemudian mencampurkan dengan kesyirikan dengan selainKu
maka Aku akan melepaskan diri darinya dan bagi dia yang dia sekutui.”
Hadits Jundup ra dalam shahihain,
“Barangsiapa yang sam’ah maka Allah akan bersifat sum’ah
kepadanya dan barangsiapa yang riya maka Allah akan bersifat riya kepadanya.”
Makna hadits ini adalah barangsiapa yang beramal tanpa
ikhlas, menginginkan agar ia dilihat oleh manusia atau didengar oleh manusia
maka ia akan dibalas pada hari kiamat
dengan bentuk yang seperti itu juga yaitu dengan Allah menjadikan ia terkenal
dan terkuak apa yang disimpan dalam hatinya sehingga orang-orang dapat
menyaksikan kedustaannya dalam beribadah, semoga Allah menyelamatkan kita dari
sifat ini.
Baihaqi menceritakan kepadaku dengan sanadnya,
“Sesungguhnya Abu Hamzah, beliau ditanya tentang ikhlas maka
beliau menjawab, “seorang yang tidak menyukai ia dipuji kecuali Allah yang
memujinya.”
Dari Sahal bin Abdullah,
“Tidaklah mengetahui yang riya itu kecuali orang yang ikhlas
dan tidaklah mengetahui kemunafikan itu kecuali orang yang mukmin dan tidaklah
mengetahui kebodohan itu kecuali orang mengerti dan tidaklah mengetahui
kemaksiatan itu kecuali orang yang taat.”
Dari Rabi’ bin Hutsaim,”Setiap sesuatu yang tidak
mengharapkan wajah Allah maka akan tersia-sia.”
Dari Al Junaid, “Jika ada seseorang itu seumpama wibawa
Adam, sezuhud Isa, sesabar Ayyub, setaat Yahya, seistiqamah Idris, selembut Al
Halil, seakhlak Rasulullah tetapi di dalam hatinya ada segelintir selain Allah,
maka tidak ada bagi Allah hajat terhadapnya.”
Akulakukan ada niat sampai pada makan, minum, dan tidur.”
Bentuk dari hal ini adalah bahwa makandan minum adalah
sesuatu yang dibolehkan, jika seseorang berniat dengan makanan dan minuman itu
untuk memperkuat jasmaninya untuk melaksanakan apa yang diminta oleh syar’i
seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya, maka hal tersebut akan mendapatkan
ganjaran dan menjadi suatu perkara yang bernilai sunnah, demikianlah hal ini
biasa dilakukan oleh salaf as shalih.
Dari Sufyan tentang firman Allah ta’ala,
QS. Al Qashash:88
Beliau berkata, “Apa-apa yang diinginkannya adalah
wajah-Nya.”
Dari Hilal bin Yasaf ia berkata, “Isa bin Maryam as berkata,
“Jika ada engkau berpuasa maka hendaklah ia membasahi jenggotnya, mengusap
kedua bibirnya, ia keluar menemui manusia seakan-akan ia tidaklah puasa. Dan
jika ia memberikan dengan tangan kanannya maka hendaknya ia menyembunyikannya
dari tangan kirinya, dan jika seseorang dari kalian sholat maka hendaknya ia
menutupi pintu rumahnya, sesungguhnya Allah Ta’ala telah membagikan pujian
sebagaimana Dia membagi rezeki.
Dari Dzun Nun Al Mishry berkata, “Telah berkata sebagian
ulama’, “Tidaklah seorang hamba berbuat ikhlas kepada Allah kecuali jika ia
mencintai jika cintanya tidak diketahui.”
Dari Bisyr bin Harits, dari Al Fudhail bin Iyadh, “Aku makan
dari dunia ini dengan bergendang, dan meniup seruling lebih aku sukai ketimbang
aku makan dari menjual agama.”
Dari Malik bin Anas, telah berkata kepadaku guruku Rabi’ah
Ar Ra’yu, “Wahai Malik siapakah orang rendah itu? Maka aku menjawab, “Orang
yang makan dari agamanya, beliau berkata lagi, “Siapakah orang rendah paling
rendah?” Beliau berkata, “Seseorang yang memperbaiki kehidupan dunia orang lain
dengan merusak agamanya,” maka Imam Malik berkata, “Beliau membenarkanku.”
Dari Ibnul A’raby, “Serugi-ruginya seseorang adalah orang
yang menampakkan amal-amalnya, dan menampakkan kejelekan orang yang dekat dari
hubungan yang kokoh.”
Dari Sufyan, “Wahai orang-orang ahli qiraah, tegakkan kepada
kalian, janganlah kalian tambah-tambahkan kekhususan dengan apa yang ada di
hati, sesungguhnya jalan telah jelas, bertaqwalah kepada Allah, indahkanlah
mata pencaharian, kalian, dan janganlah menjadi beban atas orang-orang muslim.
Dan dari sebagian ulama’, “Bangkitkanlah rasa takut kepada
seorang mukmin dari Allah, seorang munafiq dari penguasa, dan orang yang senang
riya’ dari manusia.”
Merasa
Bahagia (Senang) Dengan Berbuat Kebaikan Dan Merasa Sedih Karena Berbuat
Kejahatan.
Bahagia
adalah lawan kata dari kesedihan, yaitu kelezatan yang terletak dalam hati
ketika mendapati sesuatu yang di cintai dan yang diinginkan, yang kemudian
melahirkan suatu keadaan yang dinamakan bahagia, sebagaimana seseorang yang
kehilangan yang dicintai melahirkan suatu keadaan yang dinamakan kesedihan.
Kebahagiaan seseorang dengan sesuatu tergantung pada kadar hubungan dan
keinginannya terhadap sesuatu tersebut, maka kebahagiaan seseorang dengan ilmu dan
keimanan, amal-amal kebaikan, mengamalkan Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma para
ulama membuktikan pengagungan kepadanya, keinginan dan kecintaan kepadanya. Dan
pengunggulannya dari yang lainnya, serta keinginan kuatnya menolak lawan dari
sesuatu tersebut merupakan sebuah bukti kuatnya keimanan, keyakinan, dan
berpegang teguh terhadap agamanya.
Hadits
Jabir bin Samurah, dari Umar bin Al Khattab, ra, dalam “Sunan Abi Dawud”
“Barangsiapa yang merasa bahagia dengan
kebaikan dan merasa sedih dengan perbuatan yang jelek maka ia seorang mukmin.”
Bertaubat Untuk Setiap Melakukan
Perbuatan Dosa
Taubat
adalah kembalinya seorang hamba kepada Tuhannya, dan menempu jalan-Nya jalan
yang lurus, dan menjauhi semua jalan-jalan orang-orang yang dibenci-Nya, dan
orang-orang yang tersesat. Taubat memiliki tiga syarat:
1)
Menyesal atas apa yang telah berlalu
2)
Meninggalkan hal tersebut dalam keadaan sekarang
3)
Dan bertekad untuk tidak kembali melakukannya pada masa yang akan datang.
Taubat
yang benar memiliki tanda-tanda, diantaranya adalah,
1)
Senantiasa merasa takut tidak aman walau sekejap matapun
2)
Setelah taubat ia melakukan kebaikan lebih baik dari sebelumnya
3)
Hatinya dipenuhi dengan perasaan penyesalan yang sangat baik terhadap dosa yang
kecil maupun yang besar.
Firman Allah Ta’ala,
”Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.”(QS.An Nuur:31).
“Bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.”(QS. At Tahrim:8)
Hadits Abu Burdah bin Abu Musa Al
Asyari, dari Al Aghfar Al Muzanny dalam Shahih Muslim dan Sunan Abi Dawud dan
selain keduanya,
“Sesungguhnya
selalu menggelisahkan hatiku dan sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah
dalam satu hari sebanyak seratus kali.”
Berkorban
Terkadang dalam bentuk hewan korban
yang disembelih berkenaan dengan ibadah haji (Al Hadyu), hewan yang disembelih
pada hari Idul Adha (Al Udhiyah) dan hewan yang disembelih berkenaan dengan
hari kelahiran (Aqiqah).
Allah berfirman,
“Maka
dirikanlah sholat karena Tuhanmu.”(QS. Al Kautsar: 2).
“Dan
telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya.”(QS. Al Hajj;36)
Hadits Anas bin Malik ra dalam kitab
Shahihaini,
“Sesungguhnya
Rasulullah saw telah berkorban dengan dua ekor domba yang bertanduk yang
berwarna putih bersih, aku telah melihat beliau meletakkan kakinya diantara
kedua lambung domba tersebut kemudian beliau membaca Bismillah dan bertakbir.”
Dalam riwayat yang lain, “Betul aku
melihat beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.”
Mentaati
Ulil Amri (Pemimpin)
Allah Ta’ala berfirman,
“Taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa:
59)
Ulil amri adalah pemimpin peperangan
juga dikatakan mereka adalah para ulama dan juga dapat dipahami secara umum
mencakup keduanya dan jika dipahami secara khusus maka yang dimaksud dengan
ulil amri adalah para pemimpin peperangan.
Hadits Abu Hurairah dalam
Shahihaini,
“Barangsiapa
yang mentaatiku maka sesungguhnya mereka telah mentaati Allah dan barangsiapa
yang bermaksiat kepadaku makatelah bermaksiat kepada Allah dan barangsiapa yang
telah mentaati pemerintah maka sesungguhnya mereka telah mentaatiku dan
barangsiapa menentang pemerintah maka ia telah menentangku.”
Hadits Abu Dzar dalam “Shahihain”
“Wahai Abu Dzar dengarkanlah dan taatilah walau seorang budak habasyi, dan
terpotong anggota tubuhnya.”
Berpegang
Teguh Dalam Al Jamaah
Allah ta’ala berirman,
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai.” (QS. Ali Imron: 103).
Hadits Abu Hurairoh ra dalam “Shahih
Muslim”,
“Siapa
yang keluar dari kekuatan dan memisahkan diri dari jamaah, kemudian ia
meninggal maka meninggala dalam keadaan jahiliyah.”
Hadits Arfajah bin Syuraih Al Asyjai
ra dalam “Shahih Muslim”,
“Akan
ada setelahku fitnah dan fitnah barangsiapa diantara kalian melihatnya memecah
belah urusan umat Muhammad sedang mereka berkelompok maka bunuhlah mereka
dimanapun mereka berada.”
Menetapkan
Hukum Dengan Adil Diantara Manusia
Allah ta’ala berfirman,
“Dan
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”
(QS. An Nisa: 58)
“Dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang berkhianat.” (QS. An-Nisa: 105)
“Dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. Al Hujurat: 9)
Hadits Abdullah bin Mas’ud ra dalam
shahihain,
“Tidak
ada iri hati kecuali pada dua keadaan, seseorang yang Allah anugrahi harta
kemudian ia habiskan untuk kebenaran, dan yang lainnya lagi seseorang yang
Allah anugerahi hikmah ia memutuskan perkara dan mengajarkannya.”
Wajib
Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar
Allah ta’ala berfirman,
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imron:104)
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(QS.Ali
Imron:110)
QS.At Taubah:111-112, QS.Al Maidah:
78-79.
Hadits Abu Said ra dalam Shahih
Muslim
“Barangsiapa
yang melihat kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, jika ia tidak
mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan yang
demikian itu selemah-lemahnya iman.”
Hadits Abdullah bin Mas’ud ra juga
dalam Shahih Muslim,
“Tidaklah
ada seorang nabi yang diutus oleh Allah kecuali bagi mereka dari umatnya
hawariyun (penolong) dan para sahabat yang merupakan sunnah-sunnah mereka,
mengikuti dengan perintah-perintahnya, kemudian setelah itu mereka berselisih,
mengatakan sesuatu yang tidak dilakukan, berbuat sesuatu yang tidak
diperintahkan, barangsiapa yang mengingkari mereka dengan tangannya maka ia
orang yang beriman, barangsiapa yang mengingkari mereka dengan lisannya “maka
ia orang yang beriman, dan barangsiapa yang menentang mereka dengan hatinya
maka ia beriman, dan tidaklah dibalik hal itu kecuali keimanan seberat biji
sawi.”
Dalam “Shahihain” dari hadits Sufyan
bin Unaiyah dari Zuhri dari Urwah dari Zainab binti Abi Salamah dari Habibah
dari ibunya ummu Habibah dari Zaenab istri Rasulullah saw, Ia berkata,
“Rasulullah bangun dari tidurnya sedangkan wajahnya memerah, beliau berkata,
“Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah sebanyak tiga kali,
celakalah bagi bangsa arab dari fitnah yang semakin mendekat dibuka pada hari
itu dari kurungan Ya’juj dan Ma’juj seperti ini” beliau membentangkan ibu
jarinya dan yang selanjutnya. Zaenab berkata, Aku berkata,” Ya Rasulullah, akan
terjadi bencana sedangkan diantara kita ada orang-orang yang shaleh?” beliau
menjawab,”Betul, jika keburukan telah meluas.”
Dengan hal ini Baihaqi menceritakan
dengan sanadnya, dari Malik bin Dinar, beliau membaca Firman Allah Ta’ala yang
berbunyi,
“Dan
adalah kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi,
dan mereka tidak berbuat kebaikan.”(QS.An Naml: 48)
Adapun hari ini maka didalam setiap
kabilah dan perkimpulan ada orang-orang yang berbuat kerusakan dan meninggalkan
perbuatan baik.
Dari beliau juga, “Sesungguhnya
Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengadzab sebuah kampung maka terkejutlah para
malaikat dan mereka berkata, “Sesungguhnya dikampung itu ada hamba-Mu si
Fulan.”Allah Ta’ala berfirman, “Kalian telah mendengar dari-Ku, sesungguhnya
dia pernah berteriak sedangkan wajahnya tidak berubah menjadi marah ketika
keharaman-Ku dilanggar.”
Diriwayakan dan juga secara marfu
dari Nabi saw dengan sanad yang dhoif.
Dari Baihaqi juga, ia membiarkan
kami untuk mencintai dunia tidak memerintahkan dan tidak melarang kami dengan
sebagian yang lain. Dia juga tidak memberikan peringatan apa-apa yang telah
Allah larang maka apa yang dapat mencegah adzab untuk turun?
Dari Umar bin Abdul Aziz, beliau
berkata,”Pernah dikatakan bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengadzab
sebuah kaum disebabkan oleh dosa yang khusus tetapi jika kemunkaran dilakukan
dengan terang-terangan dan tidak ada yang mengingkarinya maka adzab adalah hak
untuk mereka semua.
Saling
Tolong-Menolong Dalam Berbuat Baik Dan Ketaqwaan
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS. Al Maidah:2)
Hadits Anas bin Malik ra dalam
Shahihaini,
“Tolonglah
saudaramu baik ia zalim maupun dizalimi. “Maka berkatalah seseorang, “Ya
Rasulullah, aku menolong saudaraku yang dizalimi, lalu bagaimana menolong
saudara kita yang zalim?” Beliau menjawab, “Mencegah ia dari kezaliman maka
itulah cara menolongnya.”
Punya
Rasa Malu Ketika Melakukan Suatu Perbuatan Dosa
Malu adalah akhlak yang tumbuh untuk
meninggalkan hal-hal yang jelek, mencegah dari berlebih-lebihan dari mengambil
haknya. Rasulullah saw telah menyempurnakan makna malu ini dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi secara marfu. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia
berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Malulah
kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. Mereka berkata,
“Sesungguhnya kami malu Ya Rasulullah saw.” Beliau berkata, “Bukan demikian,
tetapi orang yang benar-benar malu pada Allah adalah orang yang menjaga
kepalanya dan apa-apa yang memenuhinya dan menjaga perutnya dan apa-apa yang
memenuhinya dan mengingat kematian dan hal-hak yang akan binasa. Barangsiapa
yang menginginkan akhirat maka hendaklah meninggalkan perhiasan dunia.
Barangsiapa yang melakukan semua ini maka ia telah benar-benar malu terhadap
Allah.”
Para ulama berbeda pendapat tentang
kuat dan lemahnya malu berdasarkan hidup dan matinya hati. Jika hati hidup maka
sempurnalah malunya begitupun sebaliknya.
Hadits Salim bin Abdullah bin Umar
ra dalam Shahihaini, dari bapaknya dari Nabi saw, sesungguhnya ia mendengar
seorang laki-laki memberi nasehat kepada saudaranya tentang malu, ia berkata:
‘Bersikap
malulah kamu karena sesungguhnya malu itu bagian dari keimanan.”
Hadits Imron bin Husain ra dalam
keduanya, “Sesungguhnya malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”
Hadits Said Al Khudry ra juga dalam
keduanya,
“Adalah
Rasulullah saw adalah orang yang paling malu daripada perawan dalam
pingitannya. Jika beliau membenci sesuatu maka hal itu kita ketahui dari
wajahnya.”
Hadits Abu Mas’ud Al Anshari ra dalam
Shahih Bukhori, “Sesungguhnya sesuatu yang dikenal oleh orang dari ucapan para
nabi sejak awal adalah jika engkau tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu.”
Ucapan berbuatlah sekehendakmu
merupakan ancaman yaitu maksudnya adalah sesungguhnya orang yang tidak merasa
malu maka ia akan berbuat sekehendaknya maka malulah yang mencegah seorang
untuk melakukan sebuah pekerjaan yang menjatuhkan kemuliaan dan harga dirinya.
Berbuat
Baik Kepada Kedua Orang Tua
Allah Ta’ala berfirman,
“Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak.”(QS. Al Ahqaf:15)
QS. Al Isro’:23-25
Hadits Abdullah bin Mas’ud ra dalam
Shahihaini. Ia berkata:
“Aku
bertanya kepada Nabi saw, “Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau
menjawab, “Sholat pada waktunya.” Kemudian aku bertanya, “Apa lagi?” Beliau
menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa
lagi?”, Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, Abdullah bin Mas’ud berkata,
beliau selalu menjawab dan jika aku menambah pertanyaan tentu baliau akan
menambah jawaban”.
Menyambung
Silaturrahim
Silaturahmi adalah jika antara kamu
dengan dia ada hubungan nasab, apakah ia termasuk dzawil arham dalam warisan
ataupun tidak. Qadhi iyyadh mengatakan, “Tidak ada perbedaan pendapat secara
menyeluruh bahwa menyambung silaturrahmi adalah kewajiban, sedang memutusnya
adalah sebuah kemaksiatan yang besar, menyambung silaturahmi memiliki
tingkatan-tingkatan; yang paling rendah adalah meninggalkan untuk tidak
bertegur sapa, menyambungnya adalah dengan berbicara walau dengan ucapan salam,
tingkatan-tingkatan ini berbeda-berbeda sesuai dengan kemampuan dan hajat,
diantaranya wajib, sunat, jika ia menyambung sebagian dan meninggalkan sebagian
tidak dinamakan memutus silaturrahmi.
Allah Ta’ala berfirman,
“Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad: 22-23).
“Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (jahannam).”(QS.Ar Ra’ad:25).
Dan hadits Anas bin Malik ra dalam
“Shahihain,”
“Barangsiapa
yang menginginkan diberi keluasan dalam rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka
hendaklah ia menyambung silaturrahmi.”
Hadits Muhammad bin Math’am ra juga
dalam “Shahihain”, dari bapaknya,
“Tidaklah
masuk surga pemutus.” Yaitu pemutus silaturrahmi.
Aku mengatakan tidak ada perbedaan
apakah pemutus silaturrahmi ini orang yang baik atau buruk.
Akhlak
Yang Mulia
Akhlak adalah berusaha untuk
bermurah hati, menahan diri dari menyakiti (orang lain), selalu memilih
keutamaan-keutamaan dan meninggalkan perbuatan rendah. Akhlak adalah sifat para
nabi shalawatullah Ajmain dan para wali Allah. Termasuk kedalam akhlak yang
mulia adalah menahan kemarahan, lembut jiwa, dan rendah hati.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)
“Dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. Ali Imron: 134)
Dan hadits Abdullah bin Amr ra dalam
“Shahihain,”
“Sesungguhnya
Rasulullah saw bukanlah orang yang buruk perangainya, tidak juga berlebihan
dalam keburukan.” Beliau bersabda, “sesungguhnya orang yang terbaik diantara
kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” Menurut riwayat yang lain
‘Sesungguhnya orang yang paling aku cinta adalah orang yang paling baik
akhlaknya.”
Hadits Aisyah ra dalam ‘Shahiahain”,
ia berkata,
”Tidak pernah Rasulullah saw memilih
dua perkara kecuali beliau mengambil yang paling gampang selagi tidak merupakan
dosa, jika dosa maka beliau orang yang paling menjauhinya, Rasulullah saw tidak
pernah merasa dendam karena urusan pribadinya, kecuali jika kehormatan Allah
dinodai, maka beliau akan membalas untuk Allah.”
Pada masalah ini Abu bakar Al
Baihaqi menjelaskan beliau berkata,
“Makna
akhlak yang mulia adalah selamatnya jiwa dengan melakukan perbuatan yang lembut
dan terpuji. Terkadang itu terhadap Dzat Allah Ta’ala, terkadang terhadap
sesama manusia. Adapun akhlak yang berkenaan dengan Dzat allah adalah hendaknya
seorang hamba terbuka hatinya untuk menerima perintah-perintah Allah dan
larangan-Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang telah Dia fardhukan, dengan
jiwa yang baik, selalu berharap dengannya, melarang apa yang telah Dia larang
dengan penuh keridhoan, tidak merasa terpaksa, selalu ingin melaksanakan
hal-hal yang disunnahkan-Nya, banyak meninggalkan perkara mubah karena
mengharap wajah Allah dan mensucikan-Nya, ketika ia melihat bahwa
meninggalkannya lebih dekat kepada ibadah daripada mengerjakannya. Semua hal
itu dilakukannya dengan perasaan gembira tanpa ada tekanan dan tidak pula
mempersulit diri. Sedangkan yang berhubungan dengan muamalah di antara manusia
adalah ia selalu tidak mempermasahkan tentang haknya, tidak meminta orang
berlebihan dalam menuanikan haknya, memenuhi hak orang yang ada pada dirinya,
jika ia sakit ia tidak minta dikunjungi, jika datang dari perjalanan ia tidak
mampu dikunjungi, jika mengucapkan salam tidak minta dijawab, jika bertamu
tidak minta dihormati, atau jika ia memberikan pertolongan tidak ingin dibalas,
jika berbuat baik tidak ingin disyukuri, jika masuk ke sebuah kaum ia tidak
memonopoli, jika berbicara tidak berlebihan, begitu pula apabila memohon izin
kepada kepada teman kemudian tidak diberi izin dan bila melamar kemudian
ditolak, memberikan keluasan untuk membayar hutang dan tidak menunda membayar
hutang, atau mengurangi jumlah piutang rjadi
tidak minta dikurangi hutangnya dan lain sebagainya. Orang yang
berakhlak berarti tidak suka marah, tidak suka membalas,tidak mencaci keadaan,
tidak merasa dalam hatinya bahwa ia telah dikasari atau disikapi dengan tidak
baik, ia tidak membalas hal tersebut jika menemukan kesempatan seperti itu,
bahkan ia menyimpannya seakan tidak pernah terjadi sesuatu, tetapi ia
membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih utama serta lebih dekat
pada kebaikan dan ketaqwaan dan lain sebagainya dari perbuatan yang dipuji dan
diridhoi. Kemudian juga orang yang berakhlak adalah orang yang memenuhi apa
yang menjadi tanggung jawbnya, sebagaimana ia menjaga apa yang diamanahkan
kepadanya. Jika ada saudaranya sesama muslim sakit ia mengunjunginya , dan jika
memohon pertolongan maka ia tolong, jika saudaranya itu minta ditunda
pembayaran utang ia memberikan masa tunda tersebut, jika membutuhkan
pertolongannya maka ia siap memberikan pertolongan, jika ia minta keluasan
harga dalam jual beli ia memberikannya, ia tidak melihat bagaimana orang
memperlakukannya, dan memperlakukan
orang lain, tetapi ia menjadikan setiap kebaikan menjadi imam bagi jiwanya,
maka ia berjalan kearahnya dan tidak menyimpang darinya.
Akhlak
yang mulia terkadang itu adalah sesuatu yang tumbuh menjadi kebiasaan,
terkadang juga sesuatu yang diusahakan. Dari semua itu yang mendekati kebenaran
adalah akhlak yang mulia tumbuh karena ia diusahakan yang menjadi kebiasaan dan
bersatulah antara upaya dan kebiasaan ini menjadi penyempurna akhlak ini.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa seseorang yang cerdas akan bertambah pandangannya jika ia
duduk di majlis orang-orang yang memiliki kecerdasan dan pandangan yang bijak,
atau seorang alim akan bertmbah ilmunya jika ia berkumpul dengan orang-orang
alim, begitu juga orang yang baik dan berakal maka ia akan bertambah kebaikan
dan akalnya jika ia berkumpul dengan orang yang baik dan shalih. Kita pun tidak
memungkiri bahwa orang yang berakhlak baik akan bertambah kebaikan akhlaknya
dengan berkumpul bersama orang-orang yang baik akhlaknya, hanya Allah lah yang memberi
taufiq.
Berbuat
Baik Kepada Para Budak dan Pembantu
Allah Ta’ala berfirman,
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil,
dan hamba sahaya.” (QS>An-Nisa’:36)
Hadits Al Ma’rur bin Suwaid ra dalam
Shahihain, ia berkata,
“Aku
melihat Abu Dzar Al Ghifari ra pada beliau ada sebuah baju, dan pada budak beliau
juga baju seperti miliknya, maka kami bertanya kepada beliau tentang hal
tersebut, beliau berkata, “Sesungguhnya aku pernah mencaci seseorang, kemudian
orang itu melaporkanku pada Rasulullah saw, kemudian Rasulullah saw berkata
kepadaku, “Apakah engkau mencacinya dengan ibunya? Sesungguhnya engkau dan
orang-orang semacammu masih berada dalam kejahiliyahan,” kemudian beliau
bersabda, “Sesungguhnya saudara kalian adalah milik kalian yang Allah jadikan
dibawah tangan-tangan kalian, maka jika ada saudaranya berada dalam tangannya
maka hendaknya ia memberi makan sebagaimana yan ia makan, dan memberinya
pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan janganlah memaksakan kepadanya pekerjaan
yang melebihi kemampuannya, dan jika kalian membebaninya dengan pekerjaan yang
melebihi kemampuannya maka bantulah ia.”
Adanya
Hak-Hak Tuannya yang Harus Dilaksanakan Oleh Para Budaknya
Yaitu ketika budaknya dan
pembantunya melayani tuannya, mengerjakan sesuai dengan yang ia inginkan,
ketika ia perintah ia menurutinya, mentaatinya pada hal yang ia mampu lakukan.
Dalam Shahihain, dari hadits
Abdullah bin Umar ra, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda,
“Sesungguhnya
seorang budak jika ia tulus kepada tuannya dan memperbaiki ibadah kepada
tuhannya, maka baginya pahala dua kali.”
Sabda Rasulullah saw, “Jika ia tulus
kepada tuannya.” Maknanya ia menjaga harta tuannya, menjaga kehormatannya,
menjaganya dari aib dan tipu daya dan menjaga ketenangan ibadah tuannya dan
selalu berbuat demikian. Ucapan beliau “baginya pahala dua kali”. Yaitu pahala
di dalam ibadah kepada tuannya dan pahala satunya ketika ia tulus ikhlas
bersama tuannya, dan sesungguhnya kedua pahala tersebut berbeda, karena
ketaatan kepada Rabb Ta’ala lebih wajib dan utama dibanding ketaatan kepada
tuannya dan perbedaan inilah yang paling pokok.
Dalam “Shahih muslim” dari hadits
Jarir bin Abdullah ra,
“Siapa
saja dari budak melarikan diri maka terlepaslah tanggung jawab tuannya.”
Dalam “Sunan Abi Dawud,” juga dari
hadits jarir, “Budak jika melarikan diri maka allah tidak akan menerima
shalatnya sampai ia kembali kepada tuannya.”
Menunaikan
Hak-Hak anak dan Keluarga
Yaitu seorang lelaki menunaikan
kewajibannya terhadap anak-anak dan istrinya, pengajarannya kepada mereka
tentang urusan agama mereka dan apa-apa yang dibutuhkan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
“Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu.”(QS. At Tahrim:6)
Berkata Al Hasan, “Yakni perintahkan
mereka untuk mentaati Allah dan mengajarkan mereka kebaikan.” Berkata Ali ra,
“Ajarkan mereka yaitu perbaikilah adapnya.”
Hadits Anas dalam Shahih Muslim,
“Barangsiapa
yang memelihara (dengan baik) dua orang anak gadis sampai mereka baligh
(dewasa) maka ia akan datang pada hari kiamat sedang aku dan dia seperti ini, “Rasulullah
mengumpulkan dua jarinya.”
Mendekatkan
diri Kepada Ahli Agama dan Mencintai Mereka, Menyebarkan Salam Di Antara
Mereka, dan menjabat tangan Mereka
Dan lain sebagainya dari sebab-sebab
yang menjadikan penguat rasa cinta.
Allah Ta’ala berfirman,
“Janganlah
kamu memasuki rumah yang bukan rumahnya sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya.”(QS. An Nuur:27)
Hadits Abu Hurairah ra dalam Shahih
Muslim,
“Demi
Dzat yang jiwaku ada ditanganNyaa tidaklah masuk surga sampai kalian beriman,
dan tidaklah beriman sehingga kalian saling mencintai, apakah kalian mau aku
tunjukkan pada sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling
mencintai, sebarkanlah salam diantara kalian.”
Imam Nawawi mengatakan, “Salam merupakan
sebab kasih sayang, pintu pembuka kecintaan, dalam menyebarkannya memantapkan
kasih sayang diantara mukmin satu dengan yang lainnya, dan menampakkan perasaan
mereka yang mempunyai ciri khas bagi mereka yang membedakan dari penganut agama
yang lainnya disertai dengan adanya latihan jiwa untuk selalu rendah hati dan
menghormati kehormatan seorang muslim.
Hadits Qatadah dalam “Shahih al
Bukhori”, ia berkata, “Aku berkata kepada Anas ra, “Apakah ada jabat tangan di
antara para sanabat Rasulullah saw? Ia menjawab, “ya.”
Hadits Abu Hurairah dalam “Shahih
Muslim,” “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat, “Dimanakah
orang yang saling mencintai karena keagunganku? Pada hari ini aku memberikan
naungan dalam naunganku pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganKu.”
Menjawab
Salam
Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah
kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.”(QS.An Nisa’:76)
Hadits abu Said al Khudri ra,
“Janganlah
kalian duduk-duduk di jalanan, mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Bagaimana
jika kami terpaksa harus duduk di jalanan?Maka Rasulullah saw bersabda, “Jika
kalian harus membuat pertemuan di jalan maka hendaklah kalian memberikan hak
jalan, mereka bertanya, “Apakah hak jalan?” Beliau menjawab,”Menundukkan
pandangan menyingkirkan rintangan, menjawab salam, memerintahkan pada kebaikan,
dan melarang pada kemungkaran.”
Mengunjungi
Orang Sakit
Hadits Ibnu Azib ra dalam
“Shahihain,” dan “Sunan Abi Dawud,” dan lain-lainnya,
“Rasulullah
saw memerintahkan kami dengan tujuh, dan melarang kami dengan tujuh. Beliau
memerintahkan kami untuk mengunjungi orang-orang yang sakit, menggiring
jenazah, menjawab salam, membaca doa bersin, berbuat baik dengan sumpah,
menolong orang yang di dzalimi, menjawab panggilan. Beliau melarang kami
dengan; memakai emas dan perak, maistarah (sutera kasar yang dijadikan
bantalan), Al Kasyyi (Sutera Kasar), istabraq (Sutera tebal), dibaaj (sutera
halus).
Perintah dalam hadits ini mencakup
dua maknanya yaitu wajib atau sunnah, adapun mengunjungi orang yang sakit
adalah sunnah menurut mayoritas ulama’, dan sama apakah ia orang dekat kita
atau orang asing, yang dikenal atau tidak, kecuali yang dekat dan dikenal lebih
dianjurkan dan lebih utama dari yang lain, karena keumuman hadits. Adapun
menggiring jenazah juga sunnah menurut mayoritas ulama. Menjawab salam hukumnya
wajib, dan telah dijelaskan sebelumnya, adapun menjawab doa orang yang bersin
akan dibicarakan pada tempatnya insya Allah. Berbuat baik dengan sumpah juga
sunnah dalam hal yang tidak menimbulkan bencana, atau dikhawatirkan adanya
bahaya yang datang kemudian, sebagaimana riwayat Abu Bakar ra ketika ia
menceritakan mimpinya kepada Rasulullah saw maka beliau pun berkata, “Sebagian
engkau benar sebagian tidak,” Kemudian Abu Bakar berkata, “Aku bersumpah
kepadamu Ya Rasulullah engkau akan mengkabarkan,” maka beliau berkata, “Jangan
bersumpah,” dan beliau tidak mengkabarkannya. Adapun menolong orang yang
didzalimi maka bagian dari fardhu kifayah, sedang untuk menjawab undangan maka
hukumnya tergantung kepada siapa yang memanggil.
Adapun larangan maka larangan ini
bersifat haram untuk semua. Adapun cincin emas maka ia terlarang bagi
laki-laki. Tempat dari emas dan perak, maka cukuplah hukum haramnya hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim dari Ummu Salamah ia berkata, “Rasulullah
saw bersabda, “Orang yang meminum dari bejana terbuat dari emas dan perak,
sebenarnya ia telah mengisi di dalam perutnya kepulan api neraka.” Di dalam
riwayat bukhori dan Muslim yang lain berbunyi “janganlah kalian minum dari
tempat yang terbuat dari emas, dan perak, dan jangan makan dari
piring-piringan.....memakan sutera, al qassyi, ad dibaaj, al maitsarah, dan al
istibraq, Imam Nawawi mengatakan; “semuanya adalah haram, apakah memakainya
untuk kesombongan atau lainnya, dan mayoritas ulama membolehkannya untuk
perempuan dan mengharamkannya untuk laki-laki.
Perkataan Imam Nawawi “semuanya
haram,” kembali pada pemakaian sutera dan apa-apa yang digabungkan kepadanya,
karena sutera adalah nama jenis yang diucapkanuntuk segala jenis sutera adalah
nama jenis yang diucapkan untuk segala jenis sutera secara adat berarti
mencakup semua bajunya, inilah yang ditegaskan oleh hadits.
Hadits Tsauban ra dalam “Shahih
muslim” Pengunjung orang yang sakit berada di taman-taman surga sampai ia
pulang.”
Aku berkata, “Dan tidak ada
perbedaan antara apakah ia orang yang baik atau jahat, akan tetapi ia akan
dimudahkan untuk menuju kebaikan dan di tahan dari kejahatan.
Menshalati
Jenazah ahli Kiblah
Hadits Abu hurairah ra dalam
“Shahihain,”
“Hak
seorang muslim lima; Menjawab salam, mengunjungi orang yang sakit, menjawab doa
bersin, mengikuti jenazah, menjawab panggilan.”
Hadits Tsauban dalam “Shahih
muslim,”
“Barangsiapa
yang mensholati jenazah maka bagi dia satu qirath, dan siapa yang menyaksikan
pemakamannya maka baginya dua qirath, satu qirath itu sama dengan gunung uhud.”
Menjawab
Doa Orang Bersin
Hadits abu Burdah dalam “Shahih
muslim”, dari Abu Musa Al Asy’ari raa, ia berkata,
“Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian bersin
kemudian ia memuji Allah (membaca Al Hamdulillah), maka jawablah doanya, jika
ia tidak membaca al Hamdulillah maka tidak ada tasymit (balasan doa).”
Menjauhi
Orang-Orang Kafir dan Pembuat Kerusakan serta Bersikap Tegas Terhadap mereka
Allah Ta’ala berfirman,
wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya
ditakuti dari mereka.”(QS.Ali Imron:28)
“Hai
nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan
bersikap keraslah terhadap mereka.”(QS>At Taubah:73)
(QS.Al
Mumtahanah:1), (QS.At Taubah:23)
Sampai akhir ayat dan ayat
sesudahnya dan ayat yang lainnya.
Hadits abu hurairah ra dalam “Shahih
Muslim” rasulullah bersabda,
“jika
kalian bertemu dengan orang-orang musyrik di jalan maka jangan mulai dengan
salam dan pepatlah mereka ke jalan yang lebih sempit.”
Hadits Abu Said ra dalam “Sunan Abi
Dawud”, “Janganlah kalian makan makananmu kecuali kepada seorang mukmin, dan
janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.”
Dan tidak bicaranya Rasulullah
kepada tiga orang yang mungkir dari perang selama lima puluh hari sampai mereka
bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubat mereka. Mereka itu adalah;
Ka’ab bin Malik, Murrah bin ar rabii’ dan Hilal bin Umayyah ra.
Menghormati
Tetangga
Menghormati tetangga dan berbuat
baik kepadanya serta menolongnya ketika mereka mempunyai hajat adalah perkara
yang sangat disukai dan diperintahkan oleh syariat. Al quran telahmenjelaskan
demikian dan telah banyak hadits-hadits yang banyak menjelaskan perbuatan baik
terhadap tetangga dan menjauhi perbuatan yang menyakiti mereka. Tetangga umum
mencakup orang muslim, orang kafir, yang bertaqwa maupun yang jahat apakah ia
teman atau musuh, orang asing atau orang dekat, namun ada perbedaan diantara
mereka dalam penghormatan. Apabila diantara mereka terdapat sifat-sifat yang terpuji
dan perilaku yang baik maka mereka lebih baik untuk dihormati dan barangsiapa
yang lebih dari itu lagi maka tentunya ia lebih layak lagi untuk dihormati,
hendaklah memberikan sesuatu berdasarkan haknya, berdasarkan keadaannya dan
berdasarkan kedudukannya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat.”(QS.An Nisa’:36)
Dikatakan makna Dzil Qurba yaitu
adalah tetangga yang berdempetan dengan kita sedangkan yang dimaksud dengan Al
Jaaril Al Junubi yaitu tetangga jauh tidak berdempetan sedangkan yang dimaksud
dengan as shaahibi bil jambi adalah teman sejawat.
Dari Ibnu abbas, mujahid, Qatadah,
al Kalbi, Muqatil bin Hayyan dan Muqatil bin Sulaiman yang dimaksud dengan Al
Jaari Dzil Qurba adalah orang yang antara kamu dengannya ada hubungan kerabat,
Wal jaaril junubi adalah orang asing bagimu, Was Shaahibi bil Jambi adalah
teman dalam perjalanan, Muqatil bin sulaiman menambahkan adalah teman dalam
perjalanan maupun tidak.
Dari Ali dan Abdullah bin Mas’ud,
Ibrahim, dan lain-lainnya ra yang dimaksud dengan Shaahibi bil jambi adalah
istri.
Dari Said bin zubair meriwayatkan
juga demikian dan menurut sebuah riwayat darinya yaitu teman yang shaleh.
Hadits Aisyah ra dalam shahihaini,
“Sesungguhnya
ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tidak henti-hentinya Jibril berwasiat
kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sampai aku menyangka ia akan
menjadi ahli warisku.”
Dengan hal ini Al Baihaqi
menceritakan kepada kami, ia berkata telah mengabarkan kepada abbas al Asam;
dari Syu’bah dari Usman At Tanukhi dari Muhammad bin Syamal dari abdurrazaq
dari Ma’mar dari zuhri, ia berkata, “Telah berkata Abdullah bin abbas ra, ‘Tiga
orang yang tidak akan mencukupi mereka itu dariku kecuali tuhan penguasa alam
semesta, lelaki yang duduk sehingga ia duduk disampingku, seseorang yang
berdzikir pada malam hari memohon hajatnya kemudian ia melihatku pantas untuk
itu demikian juga ia tidak dapat memenuhi dariku kecuali Tuhan yang menguasai
alam semesta.”
Menghormati
Tamu
Para ulama berbeda pendapat tentang
menghormati tamu, mayoritas mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah
kesunnahan karena hal tersebut termasuk dari akhlak yang baik, adab islam,
akhlak para nabi dan orang-orang shaleh. Mereka berdalilkan pada hadits, “Maka
hendaklah ia menghormati tetangganya maka ia akan mendapatkan hadiah, mereka
mentakwilkan hadits ini yang dzahirnya adalah wajib karena hal tersebut ada
pada awal-awal islam. Al Laist dan imam Ahmad berpendapat bahwa meghormati tamu
itu wajib sehari semalam. Mereka berhujjah dengan sabda Rasulullah saw,
“Malam
pertama bagi tamu adalah hak wajib bagi setiap muslim.”
maka ambillah dari mereka hak
ketamuanmu yang pantas dari mereka.”
Mereka berbeda pendapat dalam hal
wajib ini apakah atas tamu yang berada disekitar kita ataukah tamu jauh atau
hanya bagi tamu jauh saja tetapi dzahir hadits bermakna umum. Wallahu a’lam.
Hadits Abu Syuraih Al adawy ra dalam
shahihain, ia berkata, aku mendengar dengan kedua telingaku dan aku melihat
dengan kedua mataku ketika rasulullah saw berbicara, beliau bersabda,
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia menghormati tamu dengan
memberi mereka.”Apakah pemberiannya?” Beliau menjawab, “Sehari semalamnya, dan
yang beriman kepada Allah dan Hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau
diam,” dan ditambahkan dalam riwayat yang lain, “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya.”
Menutup
Aib Sesama Muslim
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan
akhirat.” (QS.An Nur:19)
Hadits salim bin Abdullah bin Umar
ra dalam “As Sahihain” dari bapaknya,
“Seorang
muslim adalah saudara orang muslim yang lainnya, tidak boleh menzaliminya dan
tidak boleh menyerahkannya, barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya maka
Allah akan memenuhi hajatnya, barangsiapa yang melapangkan dari saudaranya
kesusahannya maka Allah akan melapangkan kesusahannya pada hari kiamat,
barangsiapa yang menutup aib seorang muslim maka allah akan menutup aibnya pada
hari kiamat.”
Sabar
Dalam Menghadapi Musibah
Hakikat sabar adalah menahan jiwa
dan menjaganya dari kedukaan, kebencian dan keluh kesah lidah dengan kokoh
terhadap hukum-hukum Al quran dan sunnah. Ali bin Abi Tholib ra berkata,
“Kesabaran adalah bagian dari keimanan yaitu menduduki posisi kepala dari badan
barangsiapa yang tidak sabar maka tidak ada iman baginya seperti jasad yang
tidak memiliki kepala. Sabar merupakan perkara yang besar dan sangat bermanfaat
karenanya Allah menjelaskan didalam Al Quran dalam ayat yang sangat banyak.
Hukum sabar adalah wajib menurut kesepakatan para ulama. Semoga Allah
memberikan kita kesabaran terhadap segala hal yang kita benci.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu’.”(QS.Al
Baqarah:45)
Dari mujahid dan lain-lain,
“Sesungguhnya yang dimaksud dengan sabar adalah puasa.”
Allah ta’ala berfirman,
“Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalillahi wa innaa ilaihi
raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS>Al Baqarah:155-157)
Hadits Abu Said al khudry ra, dalam
“Shahihain” ia berkata,
“Telah
datang beberapa orang dari Anshar, mereka meminta kepada Rasulullah saw dan
keluarganya kemudian beliau memberi mereka sehingga tidak satupun dari mereka
yang meminta itu kecuali Rasulullah memberikannya sehingga tuntaslah apa yang
ada dimilikinya. Kemudian beliau berkata kepada mereka ketika beliau telah
menginfakkan semua yang dimilikinya, “Tidak ada kagi yang kami miliki dari
sesuatu yang baik, kami tidak akan menyimpannya dari kalian karena sesungguhnya
barangsiapa yang menjaga kesucian dirinya maka Allah akan menjaga kesuciannya
dan barangsiapa yang merasa kaya maka Allah akan menyabarkannya dan kalian
tidaklah diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas ketimbang kesabaran.”
Zuhud
dan Pendek Angan-Angan
Ketahuilah, semoga Allah memberi
taufik pada anda, sesungguhnya manusia telah banyak berbicara tentang zuhud dan
kami mengangatkan kepada anda tentang pentingnya masalah zuhud ini. Al Imam Ahmad
berkata, "Zuhud didunia adalah tidak terlalu bergembira dengan datangnya
dunia dan tidak terlalu sedih ketika ditinggalkan dunia.”
Imam Ahmad telah membagi zuhud ke
dalam tiga bagian:
a.
Meninggalkan hal yang diharamkan, ini adalah zuhudnya orang awam.
b.
Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dari sesuatu yang halal, ini adalah
zuhudnya orang yang khawash (khusus).
c.
Meninggalkan sesuatu yang menyibukkan dari Allah Ta’ala dan ini adalah zuhudnya
orang yang arifin (orang yang mengenal tuhannya).
Allah
telah memberikan isyarat untuk memuji perbuatan zuhud ini didalam Al Quran di
beberapa tempat yang juga Allah mencaci dunia dan memerintahkan untuk berpaling
darinya.
Allah
Ta’ala berfirman,
QS.An
Nahl:96, QS. An Nisa’:77, QS. Thaha:131, QS. Al Hadid:20, QS. Muhammad:18.
Hadits
Anas bin Malik dan Sahal bin saad ra dalam shahihaini,
“Aku diutus dan hari kiamat seperti
dua jari ini. “Beliau memberikan isyarat dengan kedua jarinya yaitu jari tengah
dan jari telunjuk.
Hadits
Ibnu abbas ra dalam Shahih Bukhori,
“Dua nikmat yang selalu menipu
banyak manusia adalah sehat dan waktu luang.”
Dalam
hal ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami, ia berkata, “Telah melantunkan
syairnya Abu Ismah Muhammad bin Ahmad As Sijistani di Basrah untuk dirinya, inilah
maknanya:
Telah
menceritakan kepada kami orang yang terbaik dari Keturunan Bani Adam
Tidaklah
ada bagi Muhammad kecuali menyampaikan.
Manusia
tertipu dalam dua nikmat,
Sehatnya
badan mereka dan waktu luang.
Hadits
Abu Said Al Khudry ra dalam Shahih Muslim, “Sesungguhnya dunia itu adalah
manisnya hijau dan Allah telah menjadikan kamu khalifah didalamnya maka Allah
melihat bagaimana kamu berbuat, takutlah kamu terhadap dunia takutlah kamu
terhadap perempuan, sesungguhnya fitnah pertama yang terjadi di Bani Israil
adalah permasalahan perempuan.”
Punya Rasa Cemburu dan Setia
Allah
ta’ala berfirman,
“Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”(QS.At Tahrim:6)
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya.”(QS.An Nur:31)
Hadits
Abu Huarairah ra dalam Shahih Bukhori,
“Sesungguhnya Allah ta’ala itu
sangat pencemburu dan sesungguhya orang mukmin itu pencemburu. Cemburu Allah
adalah ketika seorang mukmin mendatangi apa yang telah Dia haramkan.”
Banci
atau dalam istilah fiqh dinamakan Al Muhannats, yaitu lelaki yang meniru-niru
gaya perempuan dalam ucapan dan perbuatannya, terkadang hal ini terjadi karena
memang penciptaannya, terkadang juga karena memang dibuat-buat. Jenis yang
kedua dibenci dan dilaknat pelakunya. Istilah dari depan mirip angka empat dan
dari belakang mirip angka delapan adalah sifat perempuan yang emnunjukkan bahwa
ia gemuk perutnya besar karena lemak, dari dua sisi-sisi angka delapan. Nama
banci ini adalah Hita, dan anak gadis ghailan adalah Badiyah, juga ada yang
mengatakan Badinah, diantara dua kakinya seperti wadah yang tertutup. Jelaslah
dari sikap Rasulullah perasaan cemburu dan marah beliau ketika mendengar ucapan
banci ini dan memerintahkan untuk memasukkannya ke madinah supaya tidak
tersebar penyakit oto-otot ini diantara umat dan berjalan seperti anjing yang
berjalan bersama pemiliknya.
Diriwayatkan
dari Abu Said Al Khudry, dari Nabi saw, sesungguhnya beliau bersabda,
“Kecemburuan itu bagian dari
keimanan, dan sesungguhnya ketidaksetiaan itu merupakan sifat kemunafikan.”
Berkata
Al Halimi, “midza adalah berkumpulnya laki-laki dengan perempuan kemudian
mereka bersepi-sepi dengan hal tersebut dan saling bercengkerama diantara mereka.”
Dikatakan
juga Al Midza adalah bercengkeramannya laki-laki dengan perempuan lain.
Berpaling Dari Hal-Hal yang tidak
Berguna
Allah
ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.”(QS.Al Mu’minun:1-3)
“Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang)yang mengerjakan perbuatan-paerbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja)dengan menjaga kehormatan dirinya.”(QS.Al Furqon:72)
“Dan apabila mereka mendengar
perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya.”(QS.Al
Qashash:55)
Al Laghw;
adalah perbuatan bathil yang sia-sia, dan tidak berhubungan dengan tujuan yang
benar, dan tidak ada faidah bagi orang yang mengucapkannya, hanya sekedar
bualan kosong.
dari
hadits Abu Sulamah dari Abu Hurairah, dan Ali bin Al Husain dari bapaknya dari
Ali ra,
”Sesungguhnya Rasulullah saw,
berkata, “Diantara keindahan islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu
yang tidak memberinya manfaat.”
Hadits
ini merupakan dasar yang terbesar dari pondasi adab, maknanya adalah diantara
sikap seorang muslim yang baik adalah ia meninggalkan segala sesuatu yang tidak
berkaitan dengan manfaat yang ada padanya, yang menjadi maksud dari ucapan dan
perbuatannya tersebut. Melakukan sesuatu berarti perhatian terhadapnya, ia
tidak meninggalkan sesuatu itu karena tuntutan hawa nafsunya, tetapi karena
ingin berhukum kepada syariah islamiyah, karenanya Rasulullah saw menjadikannya
bagian dari sikap baik seorang muslim. Jika seorang muslim sudah baika maka ia
akan meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah dari hal-hal yang dimakruhkan, dan
berlebih-lebihan dari hal-hal yang dibolehkan yang semua ini tidak membawa
manfaat bagi pribadi seorang muslim. Hendaklah bagi seorang muslim yang cerdas
untuk tidak melakukan sesuatu kecuali tiga; berbekal untuk hari kemudian,
pekerjaan untuk menunjang penghidupan, atau kelezatan yang tidak diharamkan.
Hendaklah semua u=itu dilakukannya dengan pandangan yang menyeluruh terhadap
zamannya, berkonsentrasi pada pekerjaannya, menjaga lisannya, menjadi pelayan
bagi umat dan agamanya, menjaga hak-hak tuhannya, menerima dengan lapang dada
terhadap nasehat-nasehat dan faedah-faedah, bekerja untuk membangkitkan umat,
dan lain sebagainya dari sifat-sifat yang seharusnya dilakukan oleh seorang
muslim.
Dalam
hal ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami, ia berkata, menceritakan kepada
kami Abu Abdillah Al Hafidz, menceritakan kepadaku Al Hasan bin muhammad bin
Ishaq, ia berkata, “Aku mendengar Abu Utsman Al Hannath, ia berkata, Aku
mendengar dzat An Nun berkata, barang siapa yang mencintai Allah maka ia akan
hidup, barangsiapa yang berpaling dariNya maka akan binasa, orang yang bodoh
adalah orang yang pergi dan berjuang dalam hal yang tidak berfaedah, dan orang
yang cerdas adalah orang yang terhadap apa-apa yang terbetik dalam hatinya
selalu berpikir.”
Mempunyai Sikap Dermawan dan Allah
Murah Hati
Al Juud, al karam adalah satu makna,
yaitu menafkahkan harta yang banyak dengan gampang dari jiwanya untuk hal-hal
yang mulia banyak manfaatnya sebagaimana mestinya.
Allah ta’ala berfirman,
QS.Ali Imron:133-134, QS An Nisa’:37,
QS Muhammad:38, QS Al Hasyr:9.
Hadits Abu Hurairah ra dalam
“Shahihain”,
“Tidak
ada satu hari pada hari-hari seorang hamba kecuali dua malaikat turun salah
satunya berdoa, “Ya Allah berikanlah hambamu yang berinfaq penggantinya, “dan
yang lainnya berdoa, “Ya Allah berikanlah pada orang yang tidak berinfaq
kerugian.”
Kasih
Sayang Terhadap Anak Kecil dan Menghormati yang Tua
Rahmah adalah lembutnya hati dalam
melaksanakan keutamaan dan perbuatan baik, tempatnya ada dalam hati seorang
mukmin yang bertaqwa, yang tidak akan diangkat kecuali dari hati orang yang
kasar, sebagian ulama mengatakan, “Diantara tanda-tanda sifat buruk adalah
sifat kasih sayang, dan diantara tanda-tanda sifat buruk adalah keras hati.
Hadits Jarir bin Abdullah dalam
“shahih Muslim,”
“Siapa yang tidak mengasih sayangi
manusia maka tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah ta’ala.”
Hadits Abu Hurairah ra,
“Allah
telah menjadikan rahmat (kasih sayang) itu sebanyak seratus bagian, kemudian ia
memegang sembilan puluh sembilan bagian dan menurunkan di bumi satu bagian,
diantara bagian itu adalah berkasih sayangnya makhluk-makhluk sampai-sampai
seekor kuda mengangkat kepakan kakinya dari anaknya khawatir menimpa anaknya.”
“Barangsiapa
yang tidak mengasih sayangi anak kecil kami, dan tidak mengenal hak orang tua
kami maka ia bukan dari kami.” Kami riwayatkan dalam as shahhah
dalam hadits al qasamah, “Posisikanlah
yang tua adalah untuk yang tua, atau yang besar yang besar, atau hendaklah yang
berbicara yang paling tua diantara kalian.”
Dan hadits tentang imam sholat, “Hendaklah yang mengimami kalian yang tertua
diantara kalian.”
Mendamaikan
Dua Orang yang Berselisih
Allah ta’ala berfirman,
QS.An nisa’:114, QS. Al Hujurat:10.
Hadits ummu Kultsum binti Uqbah bin
abi Muith ra dalam shahihain,
”Bukanlah
pembohong orang yang berbohong untuk memperbaiki dua orang yang berselisih, ia
berkata kebaikan dan bernamimah dengan kebaikan. “Ummu Kaltsum berkata, Aku
tidak pernah mendengar Rasulullah memberikan keringanan dalam berbohong kecuali
pada tiga tempat, “Dalam peperangan,
memperbaiki dua orang yang berselisih, ucapan suami kepada istrinya dan ucapan
istri terhadap suaminya.”
Mencintai
Sesama Muslim Sebagaimana Ia Mencintai Dirinya dan Membencinya Sebagaimana Ia
Benci Pada Dirinya
Termasuk diantaranya adalah
menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalanan, sebagaimana yang
diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah ra dalam shahihain,”
“Iman
itu lebih dari enam atau lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi
adalah ucapan La ilaha Illallah (tidak ada yang hak untuk disembah kecuali
Allah), dan paling rendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalaan, malu
merupakan bagian dari bagian-bagian keimanan.”
HaditsAnas dalam “Shahih Al
Bukhori,”
“Tidaklah
beriman salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai bagi saudaranya
sebagaimana ia mencintai itu bagi dirinya.”
Hadits Jarir bin Abdullah dalam “ash
shahihain,” “Aku berbaiat kepada Rasulullah saw untuk mendirikan shalat,
membayar zakat, dan menasehati setiap muslim.”
ALHAMDULILLAH............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar